banner 120x600

CGM Wahana Perekat Persatuan dan Kesatuan

banner 120x600

Pontianak-BorneoneTV. Pj Gubernur Kalbar, Dodi Riadmadji didampingi Ketua Umun Yayasan Bhati Suci, Tjioe Kui Sim,  Jumat (2/3) kemarin, melepas Festival Cap Go Meh (CGM) yang dipusatkan di Jalan Gajahmada Kota Pontianak.

Hadir dalam festival ini, Pangdam XII/Tpr Mayjen TNI Achmad Supriyadi, Waka Polda Kalbar Brigjen Pol Amrin Remico, Pjs Wali Kota Pontianak Hj Mahmudah dan pata tokoh masyarakat, dan agama.

Pj Gubernur Kalbar Dodi Riadmadji mengatakan, Perayaan Cap Go Meh senantiasa dinantikan oleh masyarakat Kalbar, khususnya warga etnis Tionghoa, karena sesuai dengan kepercayaan Tri Dharma. Naga jelasnya merupakan mahluk suci dari  Kahyangan yang muncul ke muka bumi untuk mengusir roh-roh jahat, sekaligus memberikan rahmat, rezeki dan kedamaian serta mengusir bala.

“Perayaan yang telah tumbuh, berkembang dan mengakar merupakan kekayaan budaya lokal yang terus dilestarikan dan merupakan proses asimilasi dan akulturasi dalam kurun waktu yang sudah cukup lama dan diwariskan secara turun temurun,” kata Dody.

Dikatakannya, Perayaan CGM mengandung Culture Knowledge yang berisikan nila-nilai religi yang mengakui kelcuasaan Tuhan Yang Maha Esa, sehingga harus dilestarikan dari generasi ke generasi agar terbentuk karakter dan pekerti masyarakat yang berkepribadian.

“Atraksi naga, tatung dan barongsai mcnggambarkan Culture Behavior yang mempunyai daya tarik untuk mendatangkan wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara,” jelasnya.

Sejak diterapkannya kebijakan naturalisasi kewarganegaraan, maka etnis Tionghoa dan kebudayaannya mempakan bagian yang tak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, karena turut memberikan kekayaan budaya serta memperkaya keragaman Indonesia yang lebih kita kenal dengan istilah multikulturaslisme.

“Multikulturalisme diatas mengandung nilai toleransi untuk menerima dan menghargai budaya orang lain kendati memiliki kebudayaan yang berbeda,” ingatnya.

Pj Gubernur Kalbar juga mengajak untuk menjadikan moment perayaan Cap Go Meh sebagai wahana perekat persatuan dan kesatuan.

Hal tersebut dapat terwujud apabila kita tidak mengedepankan perbedaan budaya yang ada, tetapi melihat perbedaan itu sebagai kekayaan budaya.

“Marilah kita menumbuhkan dan selalu memelihara rasa saling menghormati dan menghargai satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari maupun pada perayaan hari besar Agama maupun pada event kebudayaan,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Panitia CGM 2018, Rico, menjelaskan, atraksi replika naga ini menjadi andalan saat puncak perayaan CGM. Atraksi dan pawai replika naga dipercaya dapat membersihkan kawasan Kota Pontianak dari pengaruh roh-roh jahat.

“Sebelumnya naga-naga tersebut telah melakukan ritual buka mata di kelenteng-kelenteng, agar diberi kekuatan dari kayangan untuk mengusir pengaruh roh-roh jahat itu,” kata Rico.

Selain atraksi naga, puncak Perayaan CGM juga mengikutsertakan pawai budaya, dan pada malam hari, pawai akan dilanjutkan dengan penampilan naga bersinar. (lay)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

%d blogger menyukai ini: