1000047364.jpg1000047364.jpg

Atasi Lima Persoalan Klasik Pertanian

Kepala DPKP2 Mempawah, Ridwan Rusli, menghadiri ritual tepung tawar jelang masa semai yang dilaksanakan di Saung Tani Desa Sungai Duri II. Foto : Fisa
banner 120x600

Mempawah, BorneOneTV – Kepala Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan (DPKP2) Kabupaten Mempawah, H. Ridwan Rusli, SH, MM, mengungkapkan bahwa sektor pertanian di daerah ini selalu menghadapi lima persoalan klasik. Persoalan itu, imbuh dia, sampai saat ini belum tertangani dengan baik. Oleh karena itu, ia mengajak seluruh pemangku kepentingan bersama-sama mengatasinya.

Ia kemudian mengungkapkan lima persoalan klasik itu, yakni ketiadaan benih unggul, kelangkaan pupuk, kemudian kendala alam seperti banjir maupun kekeringan, serangan hama penyakit dan kesulitan petani menjual hasil produksi. Ia meyakini jika kelima persoalan itu teratasi dengan baik maka dipastikan akan berimbas pada peningkatan produksi pertanian maupun kesejahteraan petani.

“Dari dulu sampai sekarang kelima persoalan itu yang selalu menjadi masalah sektor pertanian kita. Permasalahan itu harus kita atasi satu persatu. Tidak bisa hanya DPKP2 tetapi seluruh pemangku kepentingan,” ungkap Ridwan Rusli saat menghadiri tepung tawar masa semai bibit di Desa Sungai Duri II, Kecamatan Sungai Kunyit, Kamis pekan lalu.

Untuk permasalahan benih, Ridwan meminta petani sebelum masa tanam sudah menyiapkannya. Mengenai benih yang bagaimana  harus dipersiapkan, ia menyarankan petani untuk tidak ragu belajar serta mencari informasi di Balai Penyuluh Pertanian (BPP) di setiap kecamatan mengenai benih apa saja yang cocok ditanam di wilayahnya masing-masing.

“Kemudian persoalan pupuk. Jangan selalu bergantung pada pemerintah. Petani harus mandiri dengan berupaya mencari pupuk sendiri. Kalau memang tidak mampu membeli pupuk anorganik atau kesulitan mendapatkannya, maka petani bisa memakai pupuk organik atau pupuk kandang. Bisa dibuat dari kotoran sapi maupun lainnya,” ujarnya.

Permasalahan selanjutnya yang sering dihadapi petani adalah perubahan kondisi alam seperti banjir dan kekeringan. Menurut Ridwan, persoalan itu bisa disiasati petani dengan memperhatikan kondisi cuaca sebelum masa tanam guna menghindari banjir ataupun memaksimalkan keberadaan teknologi seperti pengggunaan pompa saat terjadi musim kemarau.

“Sedangkan untuk serangan hama dan penyakit padi, penanggulangannya bisa dilakukan dengan berbagai cara. Seperti penggunaan insektisida untuk berbagai jenis hama serangga, sedangkan tikus bisa diatasi dengan cara penangkapan secara bersama-sama atau memanfaatkan hewan pemangsa. Sedangkan burung, bisa diatasi dengan menggunakan perangkap burung atau orang-orangan sawah,” jelasnya.

Sementara itu berkaitan dengan kesulitan petani memasarkan hasil pertaniannya, diyakini Ridwan, bukan suatu kendala yang tidak ada solusinya. Persoalan itu, imbuh dia, dapat diatasi dengan melibatkan pihak ketiga, bisa melalui desa maupun pelaku usaha untuk memasarkannya.

“Beras yang dihasilkan nanti dapat dikemas secara menarik dan dijual di berbagai sentra perdagangan di sejumlah daerah. Asalkan ada kesungguhan dari kita, kelima persoalan itu saya yakin dapat diatasi, tidak terus berlarut-larut,” ujarnya berharap.

Pelaksanaan tolak bala atau tepung tawar di Desa Sungai Duri II yang di daerah perhuluan disebut tanam jongkok dan masyarakat Kecamatan Kakap di Kabupaten Kubu Raya menyebutnya makan sepulung ini turut dihadiri Camat Sungai Kunyit, Iwan Supardi, S.Sos, Kapolsek Sungai Kunyit, Ipda Dodi Supono, Kepala Desa Sungai Duri II, M Suhaimi N, serta masyaraka tani dan para penyuluh. (fsa)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

%d blogger menyukai ini: