BorneOneTV – Polisi menangkap lima orang yang diduga terlibat, atau berkaitan dengan penyerangan Markas Kepolisian Daerah Sumatera Utara di Medan. Mereka ditangkap di sejumlah lokasi berbeda di Medan pada Minggu malam, 25 Juni 2017.
Kelima orang itu, antara lain, empat ditengarai rekan dua terduga teroris Ardial Ramadhan dan Syawaludin Pakpahan, terduga penyerang; dan seorang wanita istri Syawaludin Pakpahan.
Penangkapan itu hasil pemeriksaan terhadap Syawaludin Pakpahan, seorang tersangka penyerang yang hidup, meski terluka akibat ditembak polisi. Semua masih diperiksa intensif di Markas Polda Sumatera Utara dan polisi belum menyebutkan identitas masing-masing.
Aparat juga menahan seorang pria yang disebut sebagai ayah Ardial Ramadhan, terduga teroris yang ditembak mati oleh polisi, saat peristiwa penyerangan itu. Dia diperiksa sebagai saksi untuk menyelidiki seberapa banyak dia tahu tentang aktivitas anaknya.
Dikutip dari laman www.viva.co.id, menurut Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Sumatera Utara, Komisaris Besar Polisi Rina Sari Ginting, kelima orang yang ditangkap itu ditengarai terlibat dalam proses perencanaan penyerangan.
Mereka memiliki peran masing-masing, di antaranya ada yang aktif membantu perencanaan, memperbanyak dokumen-dokumen propaganda, memperbanyak video tentang kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), dan lain-lain.
Bahkan, kata Rina, ada seorang di antara mereka yang bertugas khusus mensurvei kompleks Markas Polda Sumatera Utara, lalu digambarkan peta sebagai panduan untuk penyerangan.
“(seorang di antara mereka) Menggambar lokasi Mako (Markas Komando Polda Sumatera Utara)—tiga kali ke sini, memantau lokasi,” kata Rina dalam perbincangan yang dikutip dari stasiun televisi tvOne pada program Apa Kabar Indonesia pagi, Senin 26 Juni 2017.
Berdasarkan hasil pemeriksaan sementara pada kelima orang itu, polisi mendapatkan keterangan bahwa mereka juga mengajarkan paham-paham radikal kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) kepada anak-anak mereka. Hal itu diperkuat dengan bukti sejumlah benda, seperti buku-buku dan video tentang ISIS, yang disita polisi dalam penggeledahan di rumah Ardial Ramadhan dan Syawaludin Pakpahan.
“Itu diajarkan kepada anak-anak mereka. Kita temukan juga bendera bergambar (berlogo) ISIS,” kata Rina.
Keterangan lain yang didapat dari pemeriksaan Syawaludin Pakpahan, mereka menyerang Markas Polda Sumatera Utara untuk merampas senjata api polisi. Jika berhasil, mereka akan menggunakan senjata itu untuk menyerang aparat lain, termasuk TNI. (viva)