Hasil Survey Terbaru, Satar Ungguli Edi Kamtono

BorneOnetv.com – Survey pemetaan politik sering juga disebut survey perilaku pemilih atau survey pra pemilihan Kepala Daerah, khususnya untuk Kota Pontianak.

Untuk itulah, Jaringan Mata Khatulistiwa (JMK) telah melakukan survey pemetaan guna memenuhi imformasi, dengan mengumpulkan pendapat dan persepsi masyarakat Kota Pontianak menyangkut tokoh atau kandidat Walikota Pontianak, dimana salah satunya adalah dengan cara mewawancarai sejumlah masyarakat.

Berdasarkan survey yang telah dilakukan JMK sejak 8 Mei hingga 8 Juli 2017 (selama 2 bulan), memunculkan empat nama dari jawaban para responden di enam kecamatan di Kota Pontianak.

“Metode yangd kita gunakan adalah Multistage Random Sampling (RMS) atau acak berjenjang yaitu melakukan tatap muka langsung dengan responden. Sampel akan disebar berdasarkan jenis kelamin dan jumlah penduduk di enam kecamatan,” ungkap Niken Wulandari, selaku Koordinator JMK, kepada sejumlah wartawan, dalam jumpa pers, Minggu (9/7/17).

Menurutnya, empat nama yang layak sebagai kandidat untuk Kota Pontianak perhitungan dari masyarakat di enam kecamatan yakni, Edi Rusdi Kamtono, yang saat ini menjabat sebagai Wakil Walikota Pontianak, Firdaus Zar’in yang saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD Kota Pontianak, Paryadi yang merupakan mantan Wakil Walikota Pontianak, dan Satarudin yang saat ini menjabat sebagai Ketua DPRD Kota Pontianak.

“Keempat calon tersebut masih selalu diingat dan dikenal di kalangan masyarakat sebagai calon Walikota Pontianak. Tetapi perlu diperhatikan bahwa pergeseran pemilih sangat mungkin terjadi dikarenakan Pilwako masih cukup lama,” tegasnya.

Keempat nama ini, lanjut Niken, merupakan kandidat yang memiliki tingkat popularitas paling populer di mata masyarakat Kota Pontianak dibandingkan para kandidat lainnya. Begitu juga di tingkat elektabilitas, keempatnya juga merupakan kandidat yang disukai oleh masyarakat.

“Sesuai dengan rumus keterpilihan yaitu dikenal, disukai, dan dipilih,” tuturnya.

JMK juga melakukan simulasi tentang tingkat popularitas dan elektabilitas calon, yang diukur dalam survey berdasarkan wilayah kecamatan. Hasilnya, Satarudin yang saat ini menjabat sebagai Ketua DPRD Kota Pontianak) paling tinggi yaitu sebesar 45,33 persen, diikuti Edi Rusdi Kamtono yang saat ini menjabat sebagai Wakil Walikota Pontianak yaitu sebesar 42,83 persen, kemudian Firdaus Zar’in sebesar 4,16 persen, dan Paryadi sebesar 7.0 persen.

“Kita mengambil 600 responden di enam kecamatan. Dengan margin of error, 2 sampai 3 persen,” imbuhnya.

Dalam survey yang dilakukan secara alamiah dan metodologi ini, alasan dan pertimbangan yang digunakan oleh masyarakat dalam menentukan pilihan politik, bisa dipertanggungjawabkan.

Bahkan, pilihan masyarakat akan bergeser ke arah pemimpin yang selalu memberi bukti, bukan hanya janji, dan selalu merakyat dengan apa adanya.

Terpisah, Konsultan Riset gerakan rakyat memilih (GRM), Mohtar mengatakan, pihaknya menggunakan metode stratified systematic sampling dengan model statistika regresi multinominal logit dalam melakukan survey kandidat kepala daerah Kota Pontianak.

Hasil dari survei itu menunjukkan, Satarudin yang saat ini menjabat Ketua DPRD Kota Pontianak memiliki elektabilitas 44,33 persen, diikuti Edi Rusdi Kamtono 43,83 persen, disusul Paryadi sebanyak 8,16 persen, dan Firdaus Zar’in sebesar 3,0 persen.

“Dari hasil permodelan di 6 kecamatan yang merepresentasikan 29 kelurahan se Kota Pontianak, elektabilitas Satarudin menempati urutan nomor satu di tiga kecamatan dan bersaing sangat ketat di tiga kecamatan lainnya,” ungkap Mohtar, selaku

Sementara pemilih keempat nama tersebut, mereka di kelurahan-kelurahan yang ada di Kota Pontianak.

Dalam survei yang diselenggarakan GRM Pontianak, beberapa audiens mempertanyakan metode survei yang digunakan GRM, seperti variabel yang digunakan untuk menstratifikasi atau mengelompokkan 29 kelurahan di pontianak yang menjadi sampel, proses pengelompokan kelurahan, hingga pemilihan responden di setiap kelurahan se Kota Pontianak.

Mohtar mengatakan, pengelompokan pertama kali dilakukan dengan melihat tingkat kepadatan penduduk. Lalu, memilih variabel-variabel lain sesuai karakteristik penduduk di masing-masing kelurahan.

Dari banyak karakteristik yang dijadikan variabel, ada tujuh karakter yang signifikan, yakni sex ratio, persentase suku dan agama, penduduk yang berpendidikan sarjana, pekerja buruh, pekerja kantor, dan pemilik usaha.

Sehingga dapat ditarik menjadi suatu kesimpulan, bahwa pemilih akan terbagi yakni, pemilih menengah ke atas, pemilih menengah ke bawah, dan akar rumput.

“Awalnya list variabel kami cukup banyak. Mulai dari kepadatan penduduk, persentase penduduk, dan seterusnya. Tetapi kemudian semua asumsi variabel ini akan mewakili ketika mengunakan sistem pada regresi multinomial logit,” kata Mohtar.

Dalam kesempatan yang sama, dijelaskan cara mereka mendapatkan responden. Kelurahan-kelurahan yang mirip, meskipun tidak 100 persen, dikelompokkan dalam satu strata. Kemudian, titik awal di kelurahan yang akan di survey.

“Dari starting point tadi, di rumah tiap calon responden pertama didaftarkan dulu, keluarga di rumah itu siapa yang punya hak pilih, nanti dari sana (dipilih) diacak,” jelasnya.

Mohtar menambahkan, wawancara tatap muka yang mereka lakukan menggunakan mobile survey application (mosaic) yang bisa mengacak sendiri responden yang harus diwawancarai.

Pemodelan tersebut dilakukan menggunakan aplikasi dan rumus statistika
Namun, logika sederhananya yakni kelurahan yang memiliki karakteristik mirip akan memiliki pola elektabilitas yang sama.

“Itulah alasan Satarudin unggul di banyak kelurahan. Dengan penampilan yang apa adanya serta mudah ditemui, membuat masyarakat akan memilihnya guna memimpin Kota Pontianak kedepan,” pungkasnya. (RY)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

%d blogger menyukai ini: