BorneOneTV – Meningkatnya berbagai aksi teror yang akhir-akhir ini menargetkan Anggota Polri maupun TNI sebagai korban teror, menuai kecaman dari berbagai pihak. Persoalan ini pun menjadi viral dan trending topik utama yang dibahas di media sosial maupun media konvensional dalam waktu beberapa pekan terakhir.
Upaya bentuk perlawanan terhadap aksi teror tersebut pun terus dilakukan melalui pernyataan sikap oleh Anggota Polri maupun TNI, baik itu di media sosial maupun media konvensional. Bentuk nyata pernyataan sikap sebagai bukti perlawanan tidak takut akan ancaman terorisme pun diwujudkan dengan aksi makan beling yang dilakukan oleh salah satu Anggota Polres Kayong Utara.
Dalam aksi heroiknya, Ipda. Saifuddin, Anggota Polri yang bertugas di Polres Kayong Utara ini, memakan sebuah lampu neon dihadapan seluruh Anggota Bintara baru yang bertugas di Polres Kayong Utara. Aksi ini dilakukan, bermaksud untuk mengembalikan rasa percaya diri anggota Bintara baru yang masih minim pengalaman saat melaksanakan tugas dilapangan.
Aksi itu pun menuai kontroversi dari berbagai pihak, terutama dari Tokoh muda Kalbar, Harry Adrianto, yang sangat mengapresiasi upaya perlawanan yang dilakukan oleh kepolisian terhadap para pelaku teror, namun menurut mantan wartawan senior Tempo ini, aksi itu jangan dilakukan terlalu berlebihan.
“Saya mendukung upaya yang dilakukan oleh pihak kepolisian untuk melawan aksi teror yang selama ini melanda Indonesia, namun aksi heroik itu jangan berlebihan. Seharusnya pihak kepolisian lebih peka terhadap masyarakat,” ungkapnya ketika dihubungi BorneOneTV melalui handphone seluler pada hari Minggu siang, tanggal 16 Juli 2017 .
“Dalam hal ini Polri pun harus lebih mengadakan pendekatan ke masyarakat, terutama mendekati dan melakukan pengawasan maupun pembinaan terhadap ormas-ormas yang radikal. Termasuk mengawasi ajaran-ajaran keyakinan yang dinilai menyimpang, sehingga Polri dapat mendeteksi keberadaan para pelaku teror” ungkapnya.
Mantan Pimpinan Redaksi koran Suara Pemred Pontianak ini pun menambahkan agar seluruh elemen masyarakat bisa ikut serta dalam melakukan deteksi dini terhadap terorisme dan radikalisme.
“Tidak hanya Polri, Pemerintah Daerah (Pemda) diminta membangun komunikasi dengan jajaran Forkompinda dan para tokoh masyarakat, adat dan keagamaan, sehingga deteksi dini bisa berjalan
Sesuai dengan yang diharapkan,” ungkapnya.
Menurut pria yang lebih dikenal Superman oleh rekan-rekanya ini, terorisme yang berakar dari kebencian, cemburu, iri dan dengki terhadap suku, agama ras, antar kelas dan golongan ini sangat destruktif. Hal ini pun jelas bertentangan dengan Pancasila dan ajaran agama manapun. Makanya, bangsa ini harus melakukan perang melawan terorisme serta radikalisme.
“Saat ini adalah momentum yang tepat untuk memberantas tuntas terorisme, radikalisme dan ujaran-ujaran kebencian yg berbasis SARA, diharapkan masyarakat pun mendukung kinerja Polri untuk menangkap pelaku teror, ” ungkapnya. (Dody/Rossi Yulizar)