BorneOneTV – Kematian akan selalu datang kepada semua makhluk hidup yang ada di Bumi. Tidak ada yang tahu kapan kematian terjadi.
Tapi, sebuah riset terbaru yang dilakukan oleh peneliti dari Institute of Health Aging di University College London, Inggris, menemukan bahwa proses kematian itu terjadi perlahan-lahan. Dan secara mengejutkan, kematian bisa ditunda.
Riset ini melibatkan cacing sebagai obyek uji coba utamanya. Para peneliti melihat datangnya kematian pada cacing dipengaruhi oleh cahaya biru yang berasal dari sel-sel di dalam tubuhnya.
Cahaya biru itu dikenal sebagai fluoresensi, atau suatu zat yang telah menyerap sinar atau radiasi elektromagnet lainnya. Fluoresensi banyak digunakan dalam bidang mineralogi, gemologi, sensor kimia (spektroskopi fluoresensi), penandaan fluoresen, pewarnaan, dan detektor biologi.
“Gelombang kematian cacing dimulai dari usus dan kemudian menyebar ke seluruh tubuhnya. Semakin cahaya biru menyebar ke seluruh tubuh cacing, maka cacing itu akan semakin mendekati kematiannya,” kata Dr Cassandra Coburn, peneliti utama di riset, dilansir The Huffington Post, Selasa 18 Juli 2017.
Coburn menegaskan, riset mengenai kematian ini hanya berlaku untuk cacing. Tapi, temuan ini adalah langkah baru untuk menemukan alasan ilmiah pada proses kematian manusia.
“Pada akhirnya kita bisa memiliki strategi untuk memperlambat proses penuaan dan mencegah kematian itu sendiri,” jelas Coburn.
Sementara menurut David Gems, rekan peneliti, serangan stroke, jantung, dan matinya sel-sel lain itu disebabkan oleh berhentinya aliran darah di dalam tubuh.
“Jika kita melihat pada kematian cacing, mungkin saja suatu hari nanti kita bisa memblokir kematian pada manusia dengan memberikan aliran darah baru,” kata Gems.
Diharapkan dari riset ini dapat muncul obat baru yang dapat menghambat datangnya gelombang kematian. “Tapi, untuk mencegah sebuah kematian, masih sangat, sangat jauh,” tutup Coburn. (Arah)