BorneOneTV – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei mengungkapkan kerugian ekonomi pada saat bencana Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) tahun 2015 lalu mencapai Rp 221 triliun.
Willem menyebut kerugian tersebut diantaranya datang dari kerusakan lingkungan, banyaknya sumber penyakit yang diakibatkan oleh Karhutla yang menyebabkan musibah kabut asap, bandar udara yang tak bisa beroperasi, dan hubungan internasional yang kurang harmonis.
Belajar dari hal tersebut, pada tahun 2016 pihaknya mulai meningkatkan dan memberikannya perhatian secara efektif guna mencegah peristiwa yang dapat merugikan negara itu berulang.
“Kita sudah berhasil mengenalikan kebakaran hutan dan lahan pada tahun 2016, kita belajar dari tahun 2015 kenapa bisa terjadi seperti itu,” katanya saat berada di Pontianak, Selasa 8 Agustus 2017.
Ia pun menegaskan, agar kejadian 2015 tak terulang, selain petugas khusus Karhutla, semua elemen dari masyarakat juga diminta untuk meningkatkan upaya pencegahan sedini mungkin.
“Padamkan api sedini mungkin, tingkatkan kesiapsiagaan dan kewaspadaan sedini mungkin,” sebutnya.
Selain itu, yang paling penting adalah penegakkan hukum bagi pelaku pembakaran hutan harus dijalankan seoptimal mungkin.
Ia mengklaim jika dibandingkan tahun 2015 dan 2016, pada tahun 2017 ini, pihaknya bisa mengendalikan kebakaran hutan dan lahan. (Bgs)