Sutarmidji Sebut Pendekatan Psikologis Percepat Pemulihan Pasien

BorneOneTV – Seorang perawat dalam melaksanakan tugasnya merawat pasien, juga harus memahami ilmu psikologi dengan baik, demikian hal itu diungkapkan oleh Wali Kota Pontianak, Sutarmidji, SH, M.Hum saat membuka The 2nd Borneo International Nursing Conference (Konferensi Keperawatan Internasional Borneo ke-2) di Hotel Aston Pontianak.

Sutarmidji menilai, umumnya penyakit berawal dari akibat beban psikologis yang tinggi.

“Sakit itu tidak semuanya bisa bergantung pada obat atau resep dari dokter, penanganan-penanganan yang sifatnya pendekatan psikologis bisa mendorong percepatan dalam pemulihan atau penyembuhan pasien,” ujarnya Senin 21 Agustus 2017.

Wali Kota dua periode ini juga meminta para perawat terus berinovasi dalam memberikan pelayanan kepada pasien yang dirawat. Sebab dirinya kadang melihat perawat yang merawat pasien, inovasinya masih kurang sehingga cenderung monoton.

“Saya ingin ada satu tulisan dalam bentuk sebuah buku tentang pengalaman seorang perawat selama ia bertugas merawat pasien,” ucap Sutarmidji.

Dijelaskan orang nomor satu di Kota Pontianak ini, Rumah Sakit Sultan Syarif Mohamad Alkadrie (SSMA) Kota Pontianak menjadi role model rumah sakit di Indonesia. Awalnya, rumah sakit itu masuk dalam Top 99, kemudian beranjak Top 35, hingga sekarang masuk Top 5 dan berada di urutan kedua se-Indonesia.

Keberhasilan itu diraih karena komitmen Pemerintah Kota Pontianak dalam memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Sebab, kata Sutarmidji, sebelum melaksanakan tugas, seluruh dokter, perawat dan staf di Rumah Sakit Kota Pontianak, mereka terlebih dahulu diberikan pelatihan atau pembekalan tentang bagaimana menangani pasien, sejak awal dia dirawat hingga masa pemulihannya selesai.

“Senyum, gaya bicara yang lemah lembut dari seorang dokter atau perawat bisa memberi semangat yang lebih kepada pasien sehingga obat-obatan yang diberikan lebih efektif,” imbuhnya.

Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Keperawatan Muhammadiyah, Supriadi, menerangkan, konferensi ini digelar untuk bertukar informasi dengan negara-negara tetangga terutama berkaitan dengan pelayanan keperawatan.

“Jadi kita saling memberikan informasi bagaimana pelayanan keperawatan, misalnya dari Malaysia, China, Filipina, Thailand dan Indonesia,” terangnya.

Diakuinya, dalam konferensi ini, memang tidak ada yang dirumuskan, tetapi lebih pada penyampaian beberapa informasi pelayanan-pelayanan yang diterapkan di negara masing-masing yang hasilnya memang sangat baik.

“Kita bisa mengadopsinya atau sebaliknya mereka bisa mengadopsi yang kita terapkan di negara kita,” ungkapnya.

Ia berharap, pertukaran informasi itu dapat meningkatkan pelayanan, mutu keperawatan disetiap tatanan pelayanan, baik di tingkat dasar sampai di tatanan rumah sakit.

The 2nd Borneo International Nursing Conference ini diikuti sekitar 300 peserta berasal dari beberapa negara seperti Malaysia, Filipina, China, Thailand dan beberapa daerah di Indonesia. Konferensi tingkat internasional ini juga menghadirkan nara sumber diantaranya, Suriadi, MSN., AWCS., Ph.D dari Indonesia, Rose Nanju, MN., RN dari Malaysia, Professor Tan Yibing, RN., MSN, Assist. Prof. Dr. Sauwamas Khunian Theunnadee dari Thailand dan dari Cebu Normal University Phillipines. (Bgs)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

%d blogger menyukai ini: