Sintang, BorneoneTV. Roni Hendrikus, Marsianus dan Aprilio tiga bersaudara asal Desa Meragon Kecamatan Nanga Taman Kabupaten Sekadau, sudah seminggu dirawat di RSUD Ade M Djoen Sintang.
Ketiganya dalam kondisi lemah karena menderita lumpuh layu sejak kecil lantaran tanpa penanganan medis dan perawatan yang memadai.
Dari ketiga bersaudara itu, kondisi Roni Hendrikus yang paling memprihatinkan. Kondisi fisiknya sangat kurus. Pergelangan kaki dan tangan sudah mengkerut dan menekuk kebelakang.
Diusianya menginjak 16 tahun, sangat terlihat sekali tulang rusuknya. Hanya tampak tersisa kulit yang membalut tulang, kedua tangannya menekuk kaku. Otot pundak, pergelangan tangan hingga kedua kakinya mengerut menjadi kecil.
Pengerutan menjadikan tulangnya merapat dan tak bisa digerakkan. Posisinya badan tegak dan kedua kakinya menghadap ke belakang. Begitupula dengan lengan tangannya. Jarinya juga tertekuk tak bisa diluruskan
Diagnosa dokter, Roni divonis menderita malnutrisi dan kekurangan energi protein (kep). Sejak sarafnya terganggu pada usia lima tahun, roni sekarang tidak bisa beraktivitas apapun.
Roni merupakan putra sulung dari pasangan Srimancong dan Ana Seleh terlihat sekilas hanya bisa berkedip. Kadang mulutnya menganga, kadang mengatup terkadang bersuara lirih dengan kondisi tenggorokannya seperti tersendat disaat dirinya ingin menyampaikan atau menginginkan sesuatu seperti jika sudah lapar.
Sementara dua saudaranya lagi yakni Marsianus dan Aprilio juga ditusuk jarum infus. Hasil diagnosa sementara keduanya mengalami hemiparese atau kondisi adanya kelemahan pada salah satu sisi tubuh atau ketidakmampuan untuk menggerakkan tubuh.
Kondisi marsianus dan apri lio belum separah roni. Kedua bocah tersebut masih bisa menggerakkan kedua tanganya dan masih memiliki badan ideal akan tetapi terlihat sekilas kedua kaki bocah ini sudah menunjukkan adanya gejala seperti yang dialami oleh kakak sulung kedua bocah tersebut.
Di rumah sakit, terlihat Ana Seleh, ibunya sedang mengelus-elus punggung roni sementara Srimancong ayahnya tengah merapikan pakaian dan perlengkapan yang tergeletak di lantai.
Ana Seleh menyebutkan ketiga anaknya memilih baring di atas tikar matras daripada ranjang tidur karena mengaku kepanasan.
“Mereka kepanasan tidur di atas jadi mereka maunya tidur di lantai saja,” tuturnya.(rby)