Pontianak, BorneOneTV – Gubernur Kalimantan Barat, H Sutarmidji berharap, kepada pengurus wilayah Dewan Masjid Indonesia (PW DMI) Provinsi Kalimantan Barat Masa Bhakti 2018-2023 yang baru dilantik untuk menyusun berbagai program-program ke depan. Hal ini berguna menghasilkan rekomendasi kebijakan pemerintah.
“Semoga bisa susun program yang bersinergi dengan program-program pemerintah,” ujar H Sutarmidji.
Dia menjelaskan, DMI hendaknya menjadi corong dan media untuk menyampaikan hasil program pembangunan serta sebagai upaya menangkal kabar-kabar bohong. Dia sepakat pemberdayaan masjid untuk umat sebagai pemberdayaan umat.
“Salah satunya pengentasan program kemiskinan, masjid-masjid bisa berperan besar,” ucapnya.
Dia mencontohkan semasa menjabat Wali Kota Pontianak, pernah membuat kios pangan berbasis masjid.
“Ada sekitar 7 atau 8 masjid di Kota Pontianak. Kios itu menjual sembako untuk kebutuhan masyarakat miskin. Beberapa masih eksis, lainnya tidak berlanjut saat ini,” ujarnya.
Dia menilai dari sisi finansial, masjid mempunyai potensi berasal dari kas-kas masjid. Ia berharap kas-kas masjid tidak hanya tersimpan dalam bentuk deposito di bank.
“Kas masjid yang disimpan di deposito bank itu harus digunakan untuk pengembangan ekonomi umat dan kemaslahatan umat,” ucapnya.
Dia yakin PW DMI Provinsi Kalbar Masa Bhakti 2018-2023 yang terdiri dari berbagai bidang dan latar belakang bisa membantu mewujudkan program-program yang disusun nantinya.
Ia juga berpesan pengurus masjid peka terhadap kondisi yang bisa membuat ruwet dalam kehidupan kemasyarakatan. “Masjid saya harap tampil dengan memberikan informasi selaras dengan perencanaan pembangunan pemerintah. Bagaimanapun yang dilakukan pemerintah tujuan akhirnya adalah kesejahteraan. Program masjid itu juga untuk kesejahteraan umat,” kata dia. “Sampaikan informasi sebenarnya. Berikan pencerahan bagi masyarakat guna menghindari hubungan tidak harmonis. Saya harap DMI ambil peran dalam percepatan pemberantasan kemiskinan, peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) dan menyikapi berita tidak betul,”.
Ketua PW DMI Kalbar H Ria Norsan menjelaskan, berdasarkan statistik jumlah penduduk kalbar 5,4 juta jiwa dan jumlah umat islam sekitar 3,2 juta jiwa (59,66%) adapun jumlah masjid seluruh Kalbar sekitar 3.200 masjid di luar surau dan musala. Dengan besarnya jumlah masjid tersebut, merupakan potensi yang startegis untuk kita berdayakan dalam rangka meningkatkan kualitas inadah, memperkuat ukhuwah, serta menjadi pusat pemberdayaan ekonomi umat berbasis masjid.
“Ada beberapa program unggulan PW DMI kalbar yaitu meningkatkan pembinaan sumber daya masjid, mewujudkan masjid percontohan minimal 1 masjid setiap kabupaten/kota se-kalbar dan menjadikan masjid sebagai pusat pemberdayaan ekonomi umat,” kata H Ria Norsan.
Dia menjelaskan, hinga kini pihaknya belum mendapatkan laporan terkait adanua masjid di kalbar yang terpapar radikaslisme, hanya mungkin saja cara penceramah atau khotib dalam menyampaikan pesan-pesan Amar Ma’ruf Nahyi Mungkar terkesan keras dan tendensi.
“Oleh karena itu untuk memberikan solusi dan mengatasinya DMI kalbar akan merumuskan program pembinaan dan pelatihan kepada khotib dan imam masjid secara bertahap di setiap kabupaten/kota se-kalbar,” ucapnya menegaskan.
Wakil Ketua Umum Pengurus Pusat Dewan Masjid Indonesia (DMI) yang juga Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) Syafruddin berharap, PW DMI Kalbar bisa menjadikan penyejuk bagi masyarakat terutama umat islam di kalbar serta Masjid bisa sangat bermanfaat tak hanya sebagai tempat ibadah semata bagi umat muslim.
“Masjid itu tak hanya sebagai tempat ibadah bagi umat muslim tapi juga menjadi tempat wisata religi dan menjadi pemberdayaan ekonomi umat islam,” ujarnya.
Dia menepis tundingan bahwa di Masjid dijadikan radikaslisme sebab dirinya melihat Masjid merupakan tempat umum dan sangat sulit untuk melakukan radikaslisme di tempat ibadah tersebut.
“Untuk paham radikaslisme pasti ditempat tertutup, dan di Masjid merupakan tempat umum untuk siapa saja, jika seseorang menyebarkan paham radikaslisme pasti ditangkap oleh umat Masjid setempat dan bisa dikeroyok oleh masyarakat setempat,” ucapnya menegaskan.
Dia memastikan bahwa tidak ada paham radikaslisme di tempat ibadah terutama di Masjid. (Lay).