Pontianak, BorneOneTV.com – Minggu malam, (26/1), di sebuah rumah Jalan Tabrani Ahamad, tepatnya di Komplek Berdikari Indah, Kota Pontianak puluhan pria dan wanita menyusun formasi. Dibawah cahaya lampu, terdengar aba-aba, mereka mulai mengatur kuda-kuda.
Salah satu pria di barisan depan, yang terlihat paling senior menyerukan aba-aba. Jurus pertama dilancarkan.Tangan kanan meluncur memukul ke depan, sedangkan tangan kiri ditarik ke belakang.
Jurus demi jurus dikeluarkan. Gerakan demi gerakan mereka mengingatkan pada Silat Pukul Tujuh Kampung yang jarang dipertunjukkan di setiap acara.
“Memang hampir sama,tetapi sebenarnya berbeda.Ini dasarnya silat yang sudah turun-temurun diajarkan di daerah ini,” tutur Rusmika yang kerap disapa Meng (47), pria pemberi aba-aba. Yang tak lain adalah guru silat anak-anak muda di Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya.
Kata Meng, di tengah lajunya perkembangan zaman saat ini, berbagai tradisi budaya asli orang Bugis makin terkikis. “Minat anak-anak muda belajar seni bela diri setempat ini memberikan harapan pelestarian kekayaan budaya di wilayah itu,” ujarnya.
Para pemuda pemudi yang berlatih itu diantaranya Wahyu, Tari, Agung, Rehan, Jamal. “Saya dulunya tak tertarik.Tetapi,saat makin banyak anak-anak usia SMP dan SMA yang berlatih,saya jadi ingin ikut belajar.Saya pikir saya butuh bekal untuk jaga diri saat merantau nanti,” ujar salah satu pemuda tersebut.
Menurut para pemuda itu, disaat pemerintah Kabupaten Kubu Raya gencar membangun sektor pariwisata khususnya di Kecamatan Kakap, sisi budaya ini seolah terlewatkan. “Pemerintah setempat pun kadang terkesan gagap dan tak tahu potensi masyarakatnya sendiri,” kata mereka.
Mereka berharap, silat ada perhatian dari pemerintah setempat, mengingat minat pemuda di daerah ini sedang meningkat ingin melestarikan seni budaya bela diri itu. “Namun sarana dan pprasaran masih sangat terbatas,” tandasnya. (Dd/Ismail)