Pontianak, BorneOneTV.com – Masa kepengurusan Aliansi Jurnalis Independen Kota Pontianak di periode 2017-2020 akan berakhir. Beragam kegiatan mulai dari advokasi hingga peningkatan kapasitas telah dilaksanakan oleh Pengurus AJI Kota Pontianak selama kurun waktu tiga tahun ini.
Sabtu, 22 Februari mendatang di Wisma Nusantara Jalan Letjend Suprapto, menjadi hari yang dipilih untuk pelaksanaan Konfrensi AJI Kota (Konferta) Pontianak 2020.
Ketua AJI Pontianak, Dian Lestari menuturkan sejumlah kegiatan advokasi seperti kekerasan terhadap jurnalis di Kayong Utara, kemudian dampingan akibat di-PHKnya satu diantara anggota AJI Pontianak, merupakan beberapa contoh advokasi yang dilakukan.
“Belum lagi soal upah jurnalis yang minim, hingga terlambatnya pembayaran upah, itu menjadi fokus kami selama ini. Memang belum maksimal, tapi setidaknya kami telah berjuang untuk itu,” katanya di Sekretariat AJI Pontianak, Sabtu (15/02).
Selain advokasi langsung, diskusi serta penguatan literasi terhadap jurnalis telah dilakukan oleh AJI Pontianak periode ini. Dian menjabarkan, diskusi soal keamanan digital, pelatihan anti hoaks, jurnalisme data serta keberagaman Gender, menjadi fokus sejumlah pelatihan.
“Kami memang fokus dalam peningkatan kapasitas jurnalis. Mulai dari perlindungan data pribadi, keamanan fisik jurnalis saat meliput, hingga jurnalisme data dan juga memberitakan tentang keberagaman gender, agama dan lainnya. Kami ingin, anggota AJI Pontianak dan jurnalis lainnya yang belum menjadi anggota, ikut meningkat kapasitasnya,” jelasnya.
Peningkatan kapasitas ternyata tak lepas dari jurnalis bersertifikasi. Di periode Dian Lestari dan Edho Sinaga, Uji Kompetensi Jurnalis (UKJ) dilakukan dua tahun berturut-turut. Sedikitnya 40 jurnalis anggota AJI Pontianak telah mendapatkan sertifikasi dari Dewan Pers, mulai jenjang muda, madya hingga utama.
“Misi kami adalah jurnalis harus berkompeten, ini terwujud dengan UKJ yang diamanatkan oleh Dewan Pers. Kami juga berterimakasih kepada pengurus nasional AJI karena telah memberikan kepercayaan memberikan kami dua tahun program UKJ ini,” ujarnya.
Sementara itu, masifnya hoaks yang berbuntut ujaran kebencian juga tak luput dari program kerja Dian dan Edho Sinaga. Ketua dan Sekretaris AJI Pontianak ini yang dibantu oleh seluruh pengurus dan anggota, membuat sedikitnya tiga kali pelatihan yang bekerjasama dengan Google News Initiative untuk debunk hoaks, dan bersama Serikat Jurnalis Untuk Keberagaman (Sejuk) Kalbar untuk melawan ujaran kebencian dengan narasi yang baik.
“Pola disinformasi di media sosial terdistorsi dan berkelindan dengan SARA. Maka itu, kami konsen sekali untuk menangkal hoaks yang berujung ujaran kebencian. Kami hadirkan seluruh Pemred pada 2017 lalu, serta kami hadirkan sejumlah tokoh agama dan adat, pada 2018 lalu untuk meredam gesekan yang terjadi,” ungkapnya.
Prestasi internal AJI Pontianak juga terbilang moncer. Selama tiga tahun ini, AJI Pontianak menyabet juara 1 stand terbaik di Festival Media di Solo 2017, Pontianak 2018 dan juara 3 di Jambi.
“Kalimantan Barat khususnya Pontianak itu lekat dengan adat dan budaya serta keberagaman. Ini tiap tahun yang kami usung. Ini pula berkaitan dengan program kami merajut kembali keberagaman dan narasi baik serta melawan hoaks di sejumlah media dan media sosial,” tuturnya.
Prestasi berikutnya adalah terpilihnya AJI Kota Pontianak menjadi tuan rumah Festival Media 2018. Kegiatan yang dihadiri lebih dari 500 jurnalis seluruh Indonesia ini menjadi atmosfir baru bagi AJI Pontianak.
“Kerja keras semua pihak, seperti mitra AJI Pontianak, dan khususnya anggota AJI Pontianak yang bahu membahu dan bekerja keras, membuat kegiatan ini sukses digelar di Rumah Radakng tahun 2018. Sejujurnya memang banyak catatan, namun ini bisa dimaklumi, karena AJI Pontianak baru kali ini mengurus iven sebesar itu,” katanya.
Sedangkan dari eksternal, AJI Pontianak mendapatkan penghargaan dari sejumlah lembaga dan mitra, seperti dari WWF Indonesia Program Kalbar, Gemawan, Swandiri Institute, Polda Kalbar, Bawaslu Kalbar dan KPU Kalbar serta Hoax Crisis Center (HCC) Kalbar.
Lewat Konferta yang akan memilih Ketua dan Sekretaris AJI Pontianak Periode 2020-2023, Dian berharap sejumlah program yang belum maksimal bisa dilanjutkan.
“Peningkatan kapasitas dan literasi harus menjadi fokus kedepan. Membuka ruang diskusi dengan NgO dan sejumlah kalangan pun jangan luput dilakukan. Tapi yang lebih khusus adalah menjaga marwah AJI yakni tidak menerima amplop dan tidak menerima APBN/APBD serta patuh terhadap kode etik dan kode perilaku AJI, itu yang paling penting harus dilakukan,” pintanya.
Tak lupa, Dian Lestari dan Edho Sinaga bersama seluruh pengurus dan anggota AJI Pontianak mengucapkan banyak terima kasih kepada mitra-mitra AJI yang telah banyak membantu baik dalam advokasi dan program-program.
“Kepada seluruh anggota AJI Pontianak, kami meminta maaf jika banyak kesalahan dan belum maksimalnya mengurus organisasi ini. Serta juga berterimakasih yang sebesar-besarnya kepada sejumlah mitra AJI Pontianak seperti WWF, Google, Bawaslu, KPU, Ombudsman, Komnas HAM, Gemawan, Swandiri Institute, Elpagar, Walhi Kalbar, LPM Untan, LPM Warta IAIN, Universitas Panca Bhakti Pontianak, UNU Kalbar dan sejumlah organisasi lainnya yang luput disebutkan, kami sangat berterimakasih atas bantuannya selama ini,” ucapnya. (rilis/adi)