Oleh : Arman Setiawan, ST
* Penulis adalah Sekretaris PC GP Ansor Kapuas Hulu dan Wakil Ketua Generasi Muda Peduli Daerah (GEMPIDA)*
Dalam kegelisahanku melihat bahwa Dunia Pendidikan di Indonesia mencapai titik terendahnya.
Anak-anak sekolah dari rumah, guru mengajar tak leluasa.
Jam-jam belajar terpotong sedemikian rupa, berganti huru-hara game online di dunia maya.
Kurikulum yang menyesuaikan keadaan negeri ini yang terdampak pandemi, mengurangi interaksi antara guru dan muridnya
Nilai-nilai pendidikan tergerus, Guru tak mampu lagi di Gugu dan di Tiru karena keterbatasan dalam memberikan teladan, bukan karena mereka tidak mau.
Masih ku ingat masa-masa di sekolah, keganasan mistar kayu dan penghapus papan tulis tak menghalangi kenakalan kami. Apalagi berbekal absen dan media daring yang berbatas layar laptop atau HP.
Bertatap muka saja kami masih segagal ini, apalagi dengan ilmu dan pencarinya berjarak sejauh di mana sinyal ada. Belum lagi kemalasan dan liciknya rayuan perang-perangan online memasturbasi adrenaline dan keberanian semu dalam propagandanya.
Sungguh ganasnya Pandemi ini, tak hanya merusak sistem kesehatan dalam tubuh tapi juga merusak seluruh sistem kehidupan. Ekonomi, sosial dan pendidikan semuanya nyaris tiada terhantam badai virus yang tak terlihat mata.
Jika kehidupan seperti ini terus berlanjut, besar khawatirku anak-anak di masa datang bahkan tak akan mengenal huruf dan angka, parahnya lagi tak mengenal adab dan etika. Mengingat kencangnya pergeseran tatanan peradaban, Sujud yang berganti Freestyle Ala Free Fire adalah bukti bahwa Android lebih mampu menjadi teladan di banding Para Pendidik.
Wallahu ‘alam bi shawab.