Peluang dan Tantangan Bisnis Startup di 2023, Masihkah Menggiurkan?

banner 120x600

Jakarta, borneonetv.com – Perang berkepanjangan antara Rusia dan Ukraina, kenaikan suku bunga, inflasi dan sebagaimana yang terjadi di market, membuat industri rintisan (startup) termasuk pemberi modal (investor) berubah menjadi memikirkan profit, bukan lagi soal merajai market share.

Perusahaan startup mulai booming dan menjamur di Indonesia pada 2015 lalu. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) mencatat pada tahun itu sedikitnya ada sekitar 62 startup bangsa dari beragam jenis industri mendapatkan kucuran dana dari investor dalam dan luar negeri.
Namun memasuki triwulan kedua tahun 2022 industri startup mulai memasuki masa kelam dimana PHK mulai mengancam bahkan beberapa diantaranya harus gulung tikar di akhir tahun lalu.

Memasuki tahun 2023 ancaman itupun masih terus menghantui. Menurut mantan menkominfo Rudiantara, prediksi tahun ini kondisi startup masih tetap sulit dan menantang. Hal ini disampaikannya dalam diskusi bertajuk Meneropong Masa Depan Startup 2023 dalam diskusi yang digelar Institute of Social Economic Digital (ISED) yang digelar secara daring dan luring, di kawasan Pasar Minggu, Jakarta (2601/2022).

Rudiantara mengatakan situasi global masih jadi tantangan besar bagi startup termasuk startup di tanah air.
“Kondisi ekonomi global ini memang memberi pengaruh pada keberlangsungan startup. Hal ini dikarenakan aliran dana investasi beralih ke sektor yang pasti saja, seperti perbankan. Situasi ini memengaruhi bagi startup di tingkatan letter stage. Malah tidak sedikit ada startup yang bakal melakukan efisiensi SDM imbas ekonomi global,” jelas Rudi.

Menurut Rudi pihaknya pernah melakukan studi di Kementerian lembaga. Ada 10 Kementerian lembaga yang mempunyai program kegiatan UMKM tapi satu sama lain databasenya tidak ada yang cocok satu dengan yang lainnya karena orientasinya adalah orientasi sektoral.
Startup di Indonesia jumlahnya banyak. Namun tidak diketahui keberadaannya, terkecuali yang terkoneksi dengan platform e-commerce sekitar 20 juta. Dari banyaknya start up di Indonesia, diperkirakan hanya 5 persen saja yang bisa bertahan dalam 10 tahun ke depan. Kemudian tidak lebih dari 10 persen yang bertahan dalam lima tahun.
“Bahkan di tahun 2017-2018, success rate startup yang bertahan 10 tahun hanya 3 persen. Diperkirakan transaksi e-commerce di Indonesia diprediksi masih akan tumbuh. Pada 2023 ini, nilai transaksi (total processing value) diperkirakan mencapai Rp 600 triliun dari sebelumnya Rp 500 triliun pada 2022,” kata Rudi.

Dalam kesempatan yang sama, dewan pakar ISED Ryan Kiryanto mengatakan pertumbuhan startup Indonesia beberapa tahun lalu berkembang pesat. Ketika pandemi dua tahun lalu, terjadi perubahan perilaku individu dari yang bersifat manual menuju digital. Hal ini yang dimanfaatkan generasi muda untuk mengembangkan start up.

Namun belakangan ini bisnis start up di Indonesia agak meredup karena kondisi ekonomi dunia sedang tidak sehat.
“Beberapa negara maju seperti Amerika, Inggris, Jerman dan tentunya Rusia mengalami resesi. Kondisi ini memengaruhi view foreign investor yang tadinya mau menanamkan modal, sekarang mereka sementara berhenti dulu. Kondisi ini menganggu aliran arus kas di sebagian startup Indonesia,” tutup Ryan. [Adang]

 

%d blogger menyukai ini: