Umat Islam Tak Menolak Deklarasi Universal HAM

Jakarta, borneonetv.com – Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) adalah kristalisasi dari “golden rule” ajaran agama-agama, dan salah satunya adalah Islam. Jadi tidak ada alasan bagi umat Islam untuk menolak HAM. Hal itu dinyatakan oleh Dr. Neng Dara Affiah, M.Si., dosen UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Neng Dara Affiah adalah pembicara dalam diskusi bertema tentang Islam dan HAM, serta kaitannya dengan pembaruan Islam. Diskusi itu berlangsung di Jakarta, Kamis malam, 14 Desember 2023.

Diskusi yang menghadirkan Neng Dara Affiah itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai Denny JA. Webinar itu dipandu oleh Anick HT dan Amelia Fitriani.

Neng Dara Affiah menjelaskan, sebagian umat Islam saat ini masih resisten pada HAM karena dianggap bukan bagian dari Islam, sehingga merasa perlu membuat deklarasi HAM tersendiri.

“Padahal Deklarasi Universal HAM yang diadopsi Majelis Umum PBB pada 1948 sebetulnya sangat universal dan merupakan ajaran emas hampir semua agama,” ujar Neng Dara.

Neng Dara mengutip sejumlah pemikiran penyair Islam Jalaluddin Rumi. “Jalaluddin Rumi begitu asyik dan indah mengembangkan suatu narasi dan puisi tentang kesetaraan orang-orang beriman dan kesejajaran antarumat beragama,” lanjutnya.

“Dengan begitu, jika umat Islam enggan menggunakan DUHAM, sebenarnya kita punya kekayaan tradisi yang kuat dalam ajaran Islam tentang kesetaraan iman dan toleransi beragama ini,” tutur Neng Dara.

“Kenapa kita tidak melihat pada ini? Kenapa yang harus digembar-gemborkan adalah tafsir perbedaan?” tanya Neng Dara.

“Jadi intinya, dalam kaitan dengan HAM, kalau umat Islam menganggap DUHAM itu dari Barat atau satu traktat dari kultur yang lain, kita juga sangat punya kekayaan dari tradisi kita, yang bukan kesamaan tetapi dia adalah HAM itu sendiri. Kenapa harus dipertentangkan?” tegasnya.

Menurut Neng Dara, ia harus kembali menyuarakan ini, karena sebagian besar umat Islam dan yang lain-lain masih belum selesai tentang isu ini.

“Soal kesetaraan antarmanusia, belum selesai. Masih terjadi pertentangan antar-ras, misalnya. Soal kesetaraan gender, juga belum selesai,” ucap Neng Dara.

“Dan banyak hal lain yang belum selesai, karena nilai-nilai itu dianggap ‘the other,’ bukan milik kita. Padahal kita punya nilai-nilai yang substansinya sama dengan DUHAM itu,” jelasnya.

Neng Dara menuturkan, muslim di Indonesia secara kuantitas adalah mayoritas tetapi powerless (tak berdaya). Mereka terlalu terbebani atau terbelenggu oleh dogma-dogma teologis, doktrin-doktrin ketidakmerdekaan, misalnya.

“Sebagai manusia yang mempunyai kesadaran, saya terpersona pada kemajuan. Dalam tradisi Islam, ada banyak tokoh yang memiliki perspektif kemajuan,” ungkapnya (BRI)

%d blogger menyukai ini: